- Tahu Takwa
Tahu yang pertama kali dikenalkan oleh pengusaha asal Cina bernama Bah Kacung ini merupakan oleh-oleh khas Kediri sejak tahun 1912. Nama ‘takwa’ sendiri berasal dari bahasa Mandarin yang berarti ‘aroma’. Memang sangat sesuai dengan namanya, anda bisa membedakan mana tahu takwa yang asli dan mana tahu biasa dari aromanya. Aromanya gurih dan sangat menggoda bahkan sebelum dirasakan di lidah.
Tahu ini memiliki tekstur yang kenyal dan lembut saat dimakan. Berbentuk kotak seperti tahu kebanyakan, rasanya gurih dan tidak ada rasa masam sama sekali. Ini dia yang membuat tahu takwa berbeda dengan tahu lainnya. saat digoreng, kulit luarnya crispy, tapi bagian dalamnya tetap lembut.
Warna kuning cerahnya menggunakan pewarna makanan alami yaitu kunyit. Jadi sangat aman untuk dikonsumsi. Pembuatannya juga sedikit berbeda dengan tahu lainnya. tahu takwa ini setelah sudah menjadi tahu putih, baru direbus dengan kunyit dan garam. Jadi walaupun belum digoreng, tahu takwa bisa langsung dikonsumsi karena saat perebusannya membuat tahu ini matang.
- Getuk Pisang
pembungkus karena dipercaya mampu menjaga aroma serta cita rasanya agar lebih tahan lama.
Sesuai dengan namanya , Gethuk Pisang bahan pokoknya dari buah pisang. Dibentuk bulat lonjong dengan panjang antara 15 sampai 20 cm dan diameter antara 5 sampai 8 cm. Warnanya merah kecoklatan, kenyal tidak terlalu lembek dan juga tidak begitu keras. Cara membuatnyapun terbilang cukup sederhana. Biasanya dipilih pisang raja nangka yang masih setengah matang. Keistimewaan pisang raja nangka (dalam mitologi dikenal sebagai pisang sajian khusus untuk raja-raja) adalah aromanya yang khas, yakni perpaduan antara rasa asam dan manis alami.
Setelah dikupas, pisang dikukus selama 5 sampai 6 jam hingga warnanya berubah menjadi merah kecoklatan. Kemudian dihaluskan dengan cara ditumbuk hingga menjadi adonan. Dalam prosesnya adonan untuk ukuran satu panci diberi empat sendok gula pasir yang sudah dihaluskan. Ini dimaksudkan untuk menambah rasa manis Gethuk Pisang. Kemudian untuk mengaluskan adonan tersebut digunakan mesin pengaduk khusus seperti mixer ukuran jumbo. Biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit.
Langkah selanjutnya adonan diambil kira-kira satu genggaman tangan orang dewasa dan ditaruh di atas daun pisang yang sudah disiapkan sebelumnya. Lalu dibungkus dengan cara digulung secara vertikal dan kemudian disematkan batang lidi pada kedua ujungnya sebagai penahan agar tidak lepas. Jadilah Gethuk Pisang yang dijamin sanggup membuat lidah anda ketagihan. Inilah resep pembuatan Gethuk Pisang asli Kota Kediri yang membedakannya dengan jenis Gethuk yang lain. Karena alami tanpa tambahan zat apapun termasuk bahan pengawet, Gethuk Pisang Kota Kediri hanya bisa bertahan maksimal dua hari pada suhu 30 – 35 0C. Tetapi bisa bertahan empat sampai lima hari jika disimpan di lemari pendingin.
Untuk mendapatkan Gethuk Pisang di Kota Kediri anda tidak akan kesulitan karena dapat ditemukan di berbagai sudut Kota Kediri. Mulai dari pedagang asongan, kios-kios mungil di pinggir jalan, hingga pertokoan pusat oleh-oleh. Beberapa lokasi yang bisa anda kunjungi diantaranya di sentra oleh – oleh khas Kediri di Jalan Pattimura dan Jalan Yos Sudarso. Kemudian di pertokoan dan kios sekitar Alun – Alun, Stasiun KA dan di sekitar Terminal Baru. Bisa juga anda peroleh di kawasan pertokoan Jalan Dhoho, Jalan Brawijaya, Jalan Trunojoyo serta di sejumlah wilayah perbatasan Kota Kediri. Untuk menikmati Gethuk Pisang anda juga tidak perlu merogoh kantong dalam-dalam karena harganya relatif murah dan sangat terjangkau masyarakat. Untuk sepotong Gethuk Pisang dijual mulai dari Rp. 2.500,- hingga Rp. 5.000,- tergantung ukuran Gethuk Pisangnya.
Bagi masyarakat Kota Kediri, membuat atau memproduksi Gethuk Pisang biasanya dijadikan sebagai usaha industri rumahan (home industry). Salah satu diantaranya adalah Cak Din, warga yang tinggal di Jl. Karanganyar No.45 RT.03/RW.01 Dusun Karanganyar Kelurahan Ngronggo Kecamatan Kota Kediri. Menurut Cak Din dia telah menggeluti jenis usaha home industry ini sejak tahun 2002, Menurutnya usaha atau bisnis Gethuk Pisang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Hingga saat ini Cak Din sanggup menghidupi keluarganya dari usaha gethuk ini. Bahkan dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar tempat tinggalnya. Home Industry Gethuk Pisang milik Cak Din ini juga telah terdaftar pada DEPKES RI No. 130/13.04/94 dengan brand Citra Baru. Pasokan Gethuk Pisang Cak Din tersebar di hampir seluruh daerah, mulai dari pertokoan di sepanjang Jalan Pattimura dan Yos Sudarso dan di lingkup Kota Kediri, hingga merambah daerah perbatasan Kediri seperti Gurah, Pare, Kras, Ngantru, Kandat, Sambi, Papar, Kertosono, dan lain sebagainya.
Jika anda sudah mengetahui cara membuatnya, tidak ada salahnya mencoba kiat sukses Cak Din usaha Gethuk Pisang sebagai peluang bisnis baru di daerah Anda sendiri. Saran saya, datanglah ke Kota Kediri, nikmati kelezatannya, pelajari resepnya, dan jadikan peluang usaha untuk Anda!!! Selamat mencoba!!! (ito_junior)
- Kesenian Jaranan
Di Kabupaten Kediri terdapat beberapa kesenian Jaranan yang dapat dinikmati diantaranya Jaranan Senterewe, Jaranan Pegon, Jaranan Dor, dan Jaranan Jowo. Jaranan Jowo merupakan salah satu kesenian Jaranan yang mengandung unsur magis dalam tariannya. Dimana pada puncaknya penari akan mengalami TRANCE (kesurupan) dan melakukan aksi berbahaya yang terkadang di luar akal manusia.
Sedangkan Jaranan Dor, Jaranan Pegon, dan Jaranan Senterewe lebih mengedepan kan kreatifitas gerak dengan iringan musik yang dinamis. Jaranan Senterewe merupakan jaranan yang digemari, karena dalam penampilannya selalu disertai hiburan lagu-lagu yang bernada diatonis. Seluruh kesenian jaranandi Kabupaten Kediri berada di bawah naungan Paguyuban Seni Jaranan (PASJAR) Kabupaten Kediri. Pemakeman Jaranan Kediri mengalami kendala karena hampir di setipa daerah terdapat kesenian ini, terutama daerah sekitar kediri, namun berbeda gerakanya. Perlu kajian sejarah untuk menetapkan pakem.
- Sejarah Jaranan
Diperjalanan, terjadi pertempuran. Raja Ponorogo yang marah, membabat macan putih yang ditunggani patih kerajaan Kediri, dengan cambuk samandiman, hingga akhirnya melayang ke kepala salah satu kesatria dari Ponorogo. Bersamaan dengan kejadian tersebut, seekor burung merak, kemudian juga menempel dikepala kesatria tersebut, sehingga ada kepala manusia yang ditempeli kepala macan putih dan merak, ini yang sekarang disimbolkan reog Ponorogo. Bahkan, dalam tarian reog, semua penari juga membawa cambuk. Sementara dalam kesenian jaranan, menggambarkan pasukan berkuda Dewi Sekartaji yang hendak melawan Raja Ponorogo. Barongan, Celeng dan atribut didalamnya, sebagai simbol, selama dalam perjalanan menuju Ponorogo yang melewati hutan belantara, pasukan juga dihadang berbagai hal, seperti naga, dan hewan hewan liar lainnya.
3.Budaya Khas Kediri
- Logat Kedirian
Contoh penggunaan “peh” : Peh, Dani ngguuuaya saiki, wis sugih ga gelem aruh-aruh.
Logat khas kediri yang kedua adalah “Nda”, kata ini sering digunakan sebagai sapaan aja.
Misalkan: Piye Kabare Ndaa?
atau digabungkan dengan“peh”=> Peh, Gunung kelud apik tenan Nda..
sering juga keduanya digabungkan dengan logat jawa timuran: Peh, Gunung kelud uuuapik nda..
Dulu ketika kuliah di Malang mahasiswa asal kediri sering disindir dengan
sebutan “Peh”
Sama-sama Jawa beda Logat Inilah Indonesia raya, walaupun sama-sama jawa memakai bahasa Jawa, logat masih berbeda.
- Logat Jawa timur
“omahe Uuuadoh”.
Sumber I
Sumber II
Tidak ada komentar:
Posting Komentar